welcome to my site >>> GOD bless you aLL ^^

Hillsong United - Came To My Rescue Lyrics @ LyricsTime.com

Sabtu, 14 Juli 2012

THI - Israel,

Nama                         : Dahlan Panjaitan                                    Tugas Mandiri I
NIM                             : 1001134708
Jurusan                    : Hubungan Internasional
Mata Kuliah              : Teori Hubungan Internasional
Dosen                        : Yessi Olivia, S.Ip., M.Int,Rel
 

Apa Kepentingan Israel Mendukung Fatah Dalam Konflik Internal Palestina?

A. Latar Belakang

Negara Israel didirikan pada tanggal 14 Mei Tahun 1948 melalui tindakan unilateral pasca peperangan Arab-Israel. Nagara-negara yang tergabung dalam pasukan Arab berhasil dikalahkan Israel. Kemenangan kaum Yahudi dalam peperangan sekaligus menempatkan David Ben Gurion sebagai PM Israel pertama, keyakinan ini menjadi sah setelah David Ben Gurion membacakan teks pendirian Negara di depan Museum Nasional di kota Tel Aviv.[1] kemerdekaan Israel didukung dengan adanya Deklarasi Balfour. Deklarasi ini termuat  dalam sebuah surat yg dikirimkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour  kepada Lord Rothschild, Presiden Federasi Zionis Inggris pada 2 November 1917. Deklarasi ini telah disertujui oleh cabinet Inggris dan diakatakan. “ Pemerintah menyetujui didirikan sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina.[2]
Berdaulatnya Israel menjadi sebuah negara, menjadi permasalahan yang berkerpanjangan yang dihadpi rakyat Palestina, terbukti dengan adanya Hamas Artimya Haraqah Almuqawamah Al-Islamiyah atau dikenal sebagai Hamas bukan gerakan yang baru muncul pada saat didirikannya pada tanggal 14 Desember 1987.
Hamas memiliki sejumlah aktivitas perlawanan, baik yang bersifat terbuka, maupun yang tertutup atau rahasia. Aktivitas-aktivitas organisasi yang bersifat terbuka umumnya menyentuh aspek-aspek sosial dan politik, sedangkan aktivitas-aktivitas yang tertutup atau rahasia umumnya berkenan dengan aksi militer melalui jihad termasuk Intifadhah dengan target warga dan militer Israel.
Perlawanan Hamas dengan militer terhadap Israel, tidak mengurangi atau tidak meninggalkan sikap terbuka dengan aksi sosilal dan politik, menurut Robinson, ilmuan politik Eropa, Hamas merupakan gerakan sosial keagamaan yang telah berhasil mengubah kehidupan rakyat Palestina. Peran Hamas di sayap militer, sosial, hingga berlanjut pada aksi politik dengan ikut serta dalam Pemilihan Umum untuk memilih Parlemen Palestina 25 Januari 2006. Tanggal 25 Januari merupakan hari yang bersejarah bagi Palestina, terkhususnya bagi Hamas yang menangani Pemilu parlemen Palestina dengan memperoleh 74 dari 132 kursi Parlemen yang diperebutkan.[3] Pada sisi lainnya Fatah yang sebelumnya memiliki otoritas Palestina justru mengalami kekalahan dalam pemilihan parlemen Palestina dengan perolehan kursi 45, lebih tinggi dibandingkan dengan kursi yang Hamas peroleh.
Negara Israel berharap, kalau Hamas unggul, kelompok ini bisa lebih bersifat akomodatif, terutama mengubah pendiriannya yang tidak mau mengakui keberadaan Nagara Israel. Pada Faktanya tidak melakukan hal itu, Hamas secara terbuka masih tetap pada pendiriannya menolak untuk mengakui Israel yang dianggap sebagai penjajah. Hal demikian juga ditambahkan dengan pernyataan Muhammad Mahdi Akif, pimpinan Al Ikwanul Muslimun bahwa, kompromi dalam politik dan mengusung perlawanan senjata merupakan prinsip perjuangan Hamas. Sikap hamas ini tentunnya menimbulkan kebencian partai-partai Israel, terutama partai pemenang pemiliu Israel. Partai Kadima, partai Likud, partai Amaal ketiga memiliki tujuan yang yang sama yakni perang terhadap Hamas, PM Chebe Lafini yang juga berasal dari Kadima menjelaskan sikap partainya dalam berinteraksi dengan orang-orang Palestina. “Pemerintah Palestina sekarang, berdiri oleh orang-orang yang berafiliasi pada organisasi teroris. Hal ini akan mempengaruhi masa depan Israel dan memungkinkan semakin terhambatnya proses jalan keluar dari konflik yang diinginkan. Masalahnya bukan pada Israel tapi pada sikap Hamas yang tetap tidak mau mengakui eksistensi Israel.”
Pernyataan ini mengarahkan bahwa pemerintah Palestina yang dipimpin oleh Hamas adalah pemerintahan teroris, karena Hamas tidak mengakui Israel sebagai negara yang berdaulat. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas keamanan nasional Israel. Pernyataan caleg partai Amal, Eufrim Sanie. “Pengosongan pemukiman adalah kesalahan besar yang dilakukan Israel terhadap pemerintahan Hamas,”
Pengosongan pemukiman warga bukan merupakan sebuah solusi untuk terhindar dari ancaman teroris seperti Hamas tentunya caleg partai amal ini mengisyratkan harus ada cara lain untuk menyelamatkan negara ini, lebih lanjut menjadi tanggung jawab pemerintah Israel adalah soal pemeliharaan keamanan yang sangat baik dan kami ingin mengembalikan situasi itu kepada rakyat yang memilih kami. Benar bahwa kami tidak bicara soal sosial, dan ekonomi. Tapi itu karena kami lebih fokus pada masalah keamanan, dengan tidak melupakan masalah lain,” pernyataan Yole Adelshtin caleg Partai Likud”[4].
Kegelisahan negara bangsa (nation state) Israel bahkan partai besar yang ada pada negara Israel dalam menghadapi implikasi kemenangan Hamas sangat beralasan. Hal tersebut menyangkut permasalahan kepentingan keamanan nasional Israel yang berakhir pada ancaman kedaulatan negara. Pada sisi lainnya kekalahan telak oleh Fatah, dimana posisi Fatah selama dalam parlemen Palestina bersifat akomodatif, bekerjasama bahkan mengakui keberadaan Israel sebagai Negara berdaulat dengan Pemerintahan Israel.
Secara esensial Israel harus memiliki kebijakan nasional untuk menyelamatkan kepentingan nasionalnya. Kebijakan nasional yang dilakukan Israel dengan tujuan menghindari anacaman dari serangan Hamas. Menjaga keamanan Negara merupakan kewaiban yang harus dilakukan Israel terutama adanya dukungan eksternal dan internal dalam menopang untuk keamanan Israel. Israel memanfaatkan permasalahan strategis konflik internal nasional Palestina yang berkaitan dengan kemenangan Hamas dan kekalahan Fatah dalam pemilihan umum parlemen Palestina pada tahun 2006. Dampak yang diharapkan adalah Hamas tidak lagi disibukkan dengan penyerangan terhadap Israel akan tetapi Hamas di sibukkan dengan perlawanan, melawanan Fatah. Fatah mampu menghambat penyerangan yang dilakukan Hamas terhadap Israel ditambah lagi dengan kekecewaan Fatah terhadap Hamas yang kalah dalam pemilu parlemen 25 Januari 2006.
Keterlibatan Israel pada permasalahan internal Palestina merupakan titik awal untuk mencapai kepentingan nasional Israel, yang dijalankan dalam corak politik luar negeri Israel, terutama menjalin aliansi dengan pihak Palestina yang dimotori Fatah. Posisi kepentingan nasional Negara harus diutamakan atau diwujudkan pada posisi selanjutnya kepentingan negara lainnya harus menjadi korban termasuk kepentingan nasional Palestina.
Pelaksanaan politik luar negeri Israel dengan kebijakan yang dikenal dengan istilah politik yakni politik belah bambu atau mengangkat serta mendukung kelompok yang membawa serta menjaga kepentingan nasional Isreal. Pada posisi yang sama Israel memberikan tekanan kepada  kelompok yang menjadi ancaman bagi negaranya seperti kelompok Hamas.

B. Tinjaun Teoritis

Dilihat dari asumsi realisme menyatakan bahwa dalam interaksi internasional antara negara konflik pasti terjadi, karena realisme menganggap bahwa sistem internasional bersifat “Anarki”. Konflik mutlak terjadi dalam hubungan anatar negara yang saling berisnteraksi, karena setiap negara akan terus memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing tanpa mempedulikan pada negara lain..
Dalam pendekatan realis dimana kajian ilmu hubungan internasional yang sangat klasik atau aliran ilmuan tradisional, kaum realis mengedanpankan Negara-bangsa sebagai aktor yang paling utama dalam percaturan politik internasional. Kaum realis berpendapat bahwa politik harus dimainkan dalam corak realistis. Realis mengasumsikan power merupakan esensi dari politik. Pendekatan ini bersifat normatif yaitu bersifat perspektif yang menganjurkan kepada para pemimpinnya untuk menggunakan teknik-teknik yang berorentasi kepada power atau keamanan, dalam hal ini mengajar kepentingan, pengajaran kepentingan harus ditempatkan sebagai prioritas utama.
Dimana setiap Negara harus memiliki keyakinan bahwa keharusan bagi Negara dalam menjaga serta kepentingan nasional negaranya. Pandangan kaum realis, keamanan nasional ( national security ) identik dengan kepentingan nasional ( national interest ).
Pada dasarnya Negara Israel ingin mencapai kepada sebuah tujuan, yakni; Israel menjaga keamanan negaranya dari ancaman Hamas terutama ketika Hamas memenangi kursi parlemen. Israel sebagai Negara yang merasa terancam harus memilih alternative kebijaksanaan politik luar negeri untuk menjaga kedaulatan negaranya. Kebijakan untuk bertahan dari ancaman keamanan nasional adalah melakukan aliansi terhadap Fatah pada konflik Fatah-Hamas, sehingga Israel mampu mengimbangi bahkan menekan kekuatan lawan musuh seperti Hamas.
Kebijakan politik luar negeri Israel tidak terlepas dari factor internal maupun eksternal seperti pendapat James N. Rosenau mengkategorikan factor-faktor atau sumber politik luar negeri melalui dua kontinum yakni dengan cara menempatkan sumber-sumber itu pada kontinu waktu (time continu) dan kontinu agregasi sistemik (systemic agregation continu). Sumber-sumber yang menjadi input dalam perumusan kebijakan politik luar negeri yaitu, sumber sistemik merupakan sumber yang berasal dari eksternal suatu Negara, sumber ini menjelaskan struktur hubungan antara Negara-negara besar pola aliansi yang terbentuk antara Negara-negara dan factor situsional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis. Sumber pemerintahan, sumber internal menjelaskan tentang pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan, pertanggungjawaban politik seperti Pemilu, kompetisi partai dan tingkat kemampuan dalam pembuatan keputusan dapat secara fleksibel merespon situasi eksternal.[5] Sumber sistemik ini bias diartikan sebagai sumber eksternal yang berupa Negara dimana peran Negara untuk beraliansi.
Aliansi disini adalah Israel terhadap Palestina yang dipimpin Fatah, Mahmud Abbas, termasuk dengan Negara adikuasa seperti Amerika serta bantuan Mesir berupa senjata untuk menghancurkan kekuatan Hamas. Faktor input dari dalam negeri berupa dukungan partai-partai Israel seperti Kadima, Likud dan Amal. Pada faktanya partai ini berkuasa dan akan berkuasa yang mengumbarkan janji serta akan membuat keputusan politik luar negeri yang agresif terhadap Hamas. Juga pada faktanya Perdana Menteri Israel yang dipimpin Ehud Olmert yang berasal dari partai Kadima, mendukung Fatah untuk melakukan penyerangan kepada Hamas. Berdasarkan landasan teori realism, dapat diambil sebuah simpulan bahwa Israel mendukung Fatah dalam konflik internal Palestina, adalah suatu kepentingan ataupun strategi Israel untuk menjaga keamanan nasional Israel.

1.435



REFERENSI

Abdul Rahman, Perjuangan Rakyat Palestina Melawan Israel” Sebuah sketsa terhadap Kebangkitan gerakan Islam di Indonesia Mendukung Pendirian Nagara Palestina, Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Antar Bangsa Vol.1.No.2 Pekanbaru 2003, hal 115

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mohammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2006 hal 56-57

Paul Findley.Diplomasi Munafik Zionis Israel.MIzan. Bandung 2006, hal 26`

Khilafah Magazine 6/1 Maret 2006, hal 4

Partai-partai Besar Israel: Perang terhadap Hamas http://www.eramuslim.com/berita/int/6329133357-partai-partai-besar-israel-perang-terhadap -hamas.htm?prev, ! Jumat 16 Maret 12. Diakses 06:15

Perspektif-perspektif dalam Hubungan Internasional, diakses pada www.the-worldpolitics







[1] Abdul Rahman, Perjuangan Rakyat Palestina Melawan Israel” Sebuah sketsa terhadap Kebangkitan gerakan Islam di Indonesia Mendukung Pendirian Nagara Palestina, Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Antar Bangsa Vol.1.No.2 Pekanbaru 2003, hal 115.
[2] Paul Findley.Diplomasi Munafik Zionis Israel.MIzan. Bandung 2006, hal 26`
[3] Khilafah Magazine 6/1 Maret 2006, hal 4
[4] Partai-partai Besar Israel: Perang terhadap Hamas http://www.eramuslim.com/berita/int/6329133357-partai-partai-besar-israel-perang-terhadap -hamas.htm?prev, ! Jumat 16 Maret 12. Diakses 06:15
[5] Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mohammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2006 hal 56-57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kettikkan komentar anda . . .